Ahmad bin Abi Du'ad أحمد بن أبي دؤاد Al-Iyadi | |
---|---|
Hakim ketua Kekhalifahan Abbasiyah | |
Masa jabatan 833–848 | |
Pejabat dan Penasihat Abbasiyah | |
Masa jabatan 833–847 | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Ahmad 776/7 |
Meninggal | Juni 854 |
Agama | Islam |
Anak | Abdullah bin Ahmad, Muhammad bin Ahmad |
Orang tua | Abi Du'ad al-Iyadi |
Etnis | Arab |
Zaman | Zaman Keemasan Islam |
Wilayah | Kekhalifahan Abbasiyah |
Mazhab | Hanafi[1][2] |
Kredo | Muktazilah |
Minat utama | Teologi Islam, Fiqh |
Karya terkenal | Selama masa jabatannya sebagai hakim ketua ia berusaha untuk mempertahankan Mu'tazilisme sebagai ideologi resmi negara, dan ia memainkan peran utama dalam menuntut Inkuisisi (Mihnah) untuk memastikan kepatuhan dengan doktrin Muktazilah di antara pejabat dan ulama. |
Dikenal sebagai | Seorang pendukung Muktazilah, Dia diangkat sebagai hakim kepala Kekhalifahan Abbasiyah pada tahun 833, dan menjadi sangat berpengaruh pada masa pemerintahan al-Mu'tasim dan al-Wathiq. |
Hubungan | Iyad (suku) |
Abu 'Abdullah Ahmad bin Abi Du'ad al-Iyadi (bahasa Arab: أبو عبد الله أحمد بن أبي دؤاد الإيادي, translit. ʾAbū ʿAbd Allāh ʾAḥmad ibn ʾAbī Duʾād al-ʾIyādī) (776/7–June 854) adalah seorang hakim agama Islam (qadi) pada pertengahan abad kesembilan. Seorang pendukung Mu'tazilisme, ia diangkat sebagai hakim kepala Kekhalifahan Abbasiyah pada tahun 833, dan menjadi sangat berpengaruh selama kekhalifahan al-Mu'tasim dan al-Wathiq. Selama masa jabatannya sebagai hakim ketua ia berusaha untuk mempertahankan Mu'tazilisme sebagai ideologi resmi negara, dan ia memainkan peran utama dalam menuntut Inkuisisi (mihnah) untuk memastikan kepatuhan terhadap Mu'tazilah doktrin di kalangan pejabat dan ulama.[3] Pada 848 Ibnu Abi Du'ad menderita stroke dan memindahkan posisinya ke putranya Muhammad, tetapi pengaruh keluarganya menurun selama kekhalifahan al-Mutawakkil, yang secara bertahap meninggalkan Mu'tazilisme dan mengakhiri "mihnah".
Sebagai salah satu pejabat paling senior selama pemerintahan beberapa khalifah, kedudukan Ibnu Abi Du'ad di istana Abbasiyah telah dibandingkan dengan Barmakid pada puncaknya.[4] Dianggap sebagai Mu'tazilah terkemuka dan salah satu arsitek utama "mihnah", penganiayaannya terhadap para sarjana ortodoks, termasuk teolog terkenal Ahmad bin Hanbal, menyebabkan reputasinya menburuk setelah kematiannya, dan dia dijadikan objek fitnah oleh para penulis biografi Sunni kemudian.
...his major enemies besides the ruling elite were some scholars of the Hanafi school, in particular the judge Ahmad ibn Abi Dawud